Klub ibarat pohon yang tumbuh besar. Akarnya sudah menancap
di tanah sejak klub tersebut dilahirkan. Jika klub itu lahir di era awal
Perserikatan bisa dibayangkan akar tersebut sudah menjalar kemana-mana. Klub
yang sudah malang melintang di segala kompetisi seyogyanya semakin maju. Mundur
atau yang paling parah adalah bubar merupakan mimpi buruk yang tiada akhir.
Bubar berarti tinggal nama dan hanya bisa dipandang di buku-buku atau tulisan
semata.
Klub tidak bisa lepas dari orang-orang yang berada di
sekitarnya. Orang-orang ini tidak lain adalah manajemen, suporter dan pembuat
merchandise. Mereka-mereka terkadang merugikan klub namun tidak jarang mereka
dirugikan oleh klub.
Manajemen
Orang-orang yang bernyali/tidak memiliki pilihan lain untuk mengurusi
klub. Mereka ini adalah penggerak roda-roda klub dalam mengarungi kompetisi.
Mulai dari menyiapkan tim beserta pelengkapnya. Selain itu memikirkan cara
membayar tunggakan gaji pemain, sewa stadion, catering dan masih banyak lagi.
Bahkan tak jarang benda-benda berharga yang mereka miliki terpaksa harus di “sekolahkan”.
Namun disatu sisi mereka benalu bagi klub, bisa dilihat siapa saja yang bekerja
dan tidak di jajaran manajemen. Makan gaji buta.
Suporter
Pewaris abadi klub adalah suporter. Loyalitasnya kepada klub itu
yang diharapkan dari mereka. Kemana pun klub tersebut bermain mereka secara
swadaya hadir di stadion lawan. Tidak semua kaya namun tidak semua miskin yang
jelas mereka bekerja keras sekuat tenaga mendukung klubnya. Mental masuk
stadion tanpa tiket adalah tindakan yang merugikan klub. Efek fanatisme
terkadang menjadi blunder. Tak jarang klub didenda akibat ulah suporter yang
brutal. Klub harus menanggung beban. Uang berkurang dan pindah kandang.
Merchandise Bajakan
Kreatif mereka mengolah bahan-bahan mentah disulap menjadi
merchandise klub. Kegiatan ini sejatinya illegal tapi sudah menjadi budaya.
Budaya membajak memang menjadi kegiatan yang biasa. Selain itu membeli barang
bajakan seolah sesuatu yang wajar. Alasan ekonomi dan harga yang ekonomis me-labelinya.
Mereka-mereka juga merugikan klub karena menjual produk secara illegal. Namun
disisi lain merchandise adalah bukti eksistensi klub bagi para penggemarnya.
Kita adalah benalu. Saya adalah benalu. Klub menjadi korban
yang dirugikan oleh orang-orang yang menyusu. Sudah saatnya berbenah, Apakah
kamu ingin berbenah juga? Saya pun ingin begitu, berjalan di jalan yang legal
dan benar.
Dimaz Maulana,
Pengelola akun pengarsipan @BAWAHSKOR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
bajak