Sudah lama saya tidak liburan. Selalu saja ada saja
kesibukan yang mangharuskan saya menunda liburan saya. Setelah kemarin saya
bekerja selama 3 bulan, saya sudah memiliki rencana untuk meluangkan waktu
untuk liburan. Gayung bersambut ketika scroll pada smartphone berhenti pada
twit dari @ekspedisimagz yang berencana mengadakan liputan ke Karimun Jawa.
Sontak saya tertarik sekali untuk bergabung. Amboy, rencananya tim ekspedisi
tersebut akan mencari bahan untuk materi tulisannya di Karimun Jawa selama
seminggu. Wow, pikiran saya seolah-olah sudah mencelat ke Karimun.
Saya sendiri belum pernah berkunjung ke pulau tersebut. Tapi
imajinasi saya atas cerita-cerita teman-teman yang pernah kesana yang
seolah-olah membuat saya bersemangat untuk berangkat liburan. Saya kemudian
menyiapkan barang bawaan, mulai dari makanan, obat, alat perekam dan uang.
Pada hari H, Tantri mengirim sebuah pesan singkat yang
berisi ombak tinggi di Laut Jawa. Secepat kilat saya menyalin pesan itu dan
memberitahukan kepada Farid, ketua rombongan. Benar pada sore harinya Farid
mengabari bahwa PT Pelni tidak akan memberangkatkan kapalnya pada esok hari.
Wah, kekecewaan menyelimuti tapi mau bagaimana lagi hanya kapal motor yang
menjadi satu-satunya alat transportasi untuk ke pulau Karimun Jawa.
Saya iseng bertanya kepada Tantri tentang alternatif
liburan. Dia memberi dua opsi yaitu Umbul Ponggok di Klaten dan Dieng Plateu.
Tak berapa lama Tantri mengirimi saya link tentang salah satu obyek trek
pendakian gunung di dataran tinggi Dieng. Gunung Prau, begitu ketika saya
membaca judul yang diberikan Tantri. Tanpa banyak berfikir saya setuju dengan
pendakian Gunung Prau.
Perjalanan Jogja-Wonosobo-Dieng sekitar 2,5-3 jam lewat Sapuran, Magelang. Setiba di Dieng kami
menuju obyek Telaga Warna, Goa Semar dan Telaga Pengilon. Kemudian kami
melanjutkan menuju Candi Arjuna dan Kawah Sikidang. Semua obyek tersebut memang
menarik tapi saya jauh lebih tertarik dengan hamparan lading sayur-mayur yang
ada di daratan tinggi Dieng. Saya jadi teringat ketika berkunjung ke Guci,
Tegal. Secara kontur memang hampir mirip. Wortel, Sawi, Labu Siam, Kacang Koro
dan Kentang sebagai primadona para petani setempat.
Setelah mengunjungi semua obyek wisata Dieng, kami
memutuskan untuk memulai mendaki Gunung Prau. Kami berangkat dari Desa Kejajar.
Perjalanan pendakian ditempuh selama 2,5 jam. Jujur saja saya sudah lama sekali
tidak mendaki gunung. Mungkin terakhir kali ke Merapi itu pun semasa SMA.
Selama perjalanan sesekali kami beristirahat. Saya melihat Penggok membawa
cukup berat karena membawa tenda.
Gunung Prau memiliki beberapa vegetasi yang beragam seperti bunga-bunga kecil, cemara, pakis dan banyak lagi yang saya tidak tahu nama tumbuhannya. Dalam perjalanan saya menemui banyak tanaman murbey. Wow, sudah lama saya tidak menjumpai jenis tanaman ini. Oia, trek Gunung Prau cukup aman untuk dilalui. Tidak perlu khawatir hanya saja tidak ada sumber mata air selama perjalanan sampai ke puncak. Sumber mata air terakhir ada di Desa Kejajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
bajak