Minggu, 13 Januari 2013

#30HariMenulisSuratCinta - Perpisahan

Dear Clarita,

Aku sudah menerima pesan singkatmu tadi pagi. Pesan singkatmu sampai sekitar pukul 4 pagi ketika aku sudah tertidur pulas setelah semalam menonton sepakbola. Maaf aku tidak bisa ikut bersamamu ke Malang. “Kita kan belum pernah pergi bareng!” kata mu. Aku selalu ingat itu dan mampu memperagakan gimmick selayaknya dirimu.

Aku memang jahil suka membuatmu marah, sebel, cemberut dan entah hal-hal yang bisa mengubah raut wajah mu. Ya tapi itulah aku pribadi yang tidak bisa diam. “Kamu tuh!” kata-kata mu yang selalu terlontar ketika aku jahil.

Kemarin aku mengantarkan ke stasiun ketika Jogja habis diguyur hujan deras. Laju sepeda motorku santai melintasi aspal yang basah. Dua jam lagi kamu sudah harus berada di kereta yang akan membawamu liburan semester.

Aku jadi teringat seorang kawan yang berkata, “PT KAI  melupakan romatisme perpisahan di stasiun” begitulah kata-katanya. Benar juga semenjak diberlakukan peraturan bahwa pengantar tidak boleh masuk area keberangkatan romantisme semacam itu pudar bahkan hilang. Dulu sering aku lihat beberapa orang tergopoh-gopoh masuk ke peron mengantarkan belahan jiwanya. Atau lambaian tangan dari atas gerbong dengan senyum terkembang.

Clarita, pergilah sana bawa semua bebanmu dan buanglah di kawah Bromo. Teriaklah di salah satu bukit di Batu atau naik wahana di Jatim Park kemudian teriaklah, buang bebanmu di liburanmu yang aku yakin sudah kamu tunggu-tunggu sejak awal kuliah. Dan kembalilah kepadaku dengan perasaan dan jiwa yang baru.




untuk @cdiorisa 

1 komentar:

bajak