Senin, 19 Desember 2011

Sepotong Rindu si Anak Rantau


Sebuah meja mulai disiapkan pagi itu di depan ruang Sekber (Sekretariat Bersama) FIB UGM. Diatas meja terdapat kaleng kerupuk “Doa Ibu”, beberapa kartupos, buku tamu berwarna jingga, dan secarik kertas yang berisi pengantar karya. Tali-tali dipasang untuk menggantung beberapa kartu pos. Pagi itu, kampus masih terlihat sepi mungkin jam kuliah pagi belum usai.

Sekitar pukul 10 pagi, beberapa mahasiswa mendatangi stand. Sebagian besar dari mereka menanyakan tentang projek ini. Salah seorang dari pengunjung stand berminat untuk ikut berkontribusi dalam projek. “Terakhir kali saya berkirim surat sewaktu SMP mas” tutur Martina, mahasiswi S2 Sejarah. Setelah melihat-lihat beberapa kartupos dan kartu ucapan yang ada di meja, Martina memutuskan untuk membuat sendiri kartu ucapan. Kaleng kerupuk akhirnya terisi meskipun baru satu.




Pamflet yang dipasang dua hari yang lalu sepertinya tidak terbaca oleh orang-orang kampus. Menjelang siang hari, satu per satu orang datang ke stand. Isi kaleng kerupuk mulai bertambah, satu persatu kartupos dan kartu ucapan mulai berisi dengan tulisan-tulisan yang emosional terhadap ibu. Mereka kebanyakan datang ke stand setelah mendapat cerita dari temannya yang baru saja mengikuti projek.

Siang mulai beralih menjadi sore. Kami mulai bersiap-siap menutup stand. Kartupos dan kartu ucapan yang terkumpul ada 27 buah. Semua diluar ekspektasi dari projek ini. Ketika kami akan pulang, beberapa mahasiswi menghampiri kami. Mereka menanyakan kami membuka stand pada esok hari. Setelah menjelaskan bahwa acara ini hanya berlangsung satu hari saja, mereka lalu memilih kartupos atau kartu ucapan dan segera mengisinya.


Esoknya kartupos dan kartu ucapan dari para kontributor dikirim lewat kantor pos. Tujuan dari kartupos dan kartu ucapan ini bermacam-macam, Jakarta, Bogor, Jambi, Tulungagung, Cirebon, Cilacap, Bali dan Makassar. Beberapa hari setelah itu, kami masih menerima kartupos dan kartu ucapan susulan dari para kontributor. Bermodal perangko 1.500, kartupos dan kartu ucapan itu berpacu dengan peringatan Hari Ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember. Dengan tenggat waktu hanya 10 hari dan harus menempuh daerah yang berada jauh dari kota Jogja sepertinya kartupos dan kartu ucapan yang dikirim bakal terlambat diterima oleh ibu para kontributor. Sebuah kabar gembira dari kontributor, kartupos tujuan Jakarta sudah diterima sebelum Hari Ibu. Tinggal menunggu saja kabar katupos dan kartu ucapan yang lain, semoga sampai ketujuan dengan selamat dan tidak nyasar. Mohon bantuannya ya, Pak Pos.

1 komentar:

bajak