Ku lihat speedometer
mobil terus naik ke 80km/jam. Kami menuju ke arah timur menjauh dari kota
Jogja. Saat itu sudah bukan pagi lagi melainkan menjelang siang. Terik matahari
mulai terlihat seperti cacing keluar dari lubangnya. Jogja masih terlihat basah
setelah semalamam diguyur hujan tanpa henti. Kami mampir ke warung makan untuk
sarapan. Setelah selesai sarapan, mobil kembali melaju. Pacitan merupakan
daerah tujuan kami dan Pantai Klayar tujuan kami.
Jalur yang
meliuk-liuk kami sudah memasuki daerah Pacitan. GPS yang dibawa oleh Phyta,
coba saya utak-atik. Sinyalnya sering hilang. Tapi saya mengandalkan feeling
saja. Yak, belok kanan, mobil kami memasuki jalan berbatu. Jalan ini panjang sekali.
Jalanan aspal terlihat sudah rusak dan jarang ada mobil yang lewat. Donoharjo,
ketika saya melihat papan di sebuah puskesmas. Menariknya di desa ini, kami
menemukan banyak plakat persuasif tentang anjuran buang air besar di WC. Desa yang
menarik dengan “ranjau darat” yang tersebar di seuruh penjuru kebun.
Arah kami benar
ke arah Pantai Klayar. Jalanan menurun menjadi gerbang pembuka melihat keindahan
pantai. Masih terbilang siang ketika kami sampai disini. Mobil kami parkir membelakangi
pantai, bagasi dibuka. Sedikit bersantai-santai menunggu cuaca yang asik untuk
merapat ke pantai.
Rebahan di atas
batu di pinggir pantai. Rileks. Biarkan sisa-sisa ombak menghampiri dan biarkan
badanmu basah dengan sendirinya. Waktu masih lama untuk menunggu senja. Sebenarnya
saya tertarik untuk menunggu senja di pantai ini. Apakah senja yang saya tunggu
seperti apa yang Seno Gumira Ajidarma tuliskan dalam cerpennya? Menunggu senja
itu butuh nyali, bukan nyali untuk bertarung tapi nyali untuk menunggu itu
sendiri. Ombak di pantai kurang bersahabat untuk sekedar bermain. Tapi berbaring
santai di atas batu sudah cukup seru.
Ku lihat rona
puas terpancar dari wajah-wajah itu. Lupy sedang asik bermain dengan pacarnya,
Dhanie. Handy dengan badan kekarnya mencoba lulur dengan pasir dari pantai.
Phyta sesekali bercengkerama dengan Dhanie. Mereka datang dan membawa
perasaannya masing-masing. Entah akan dibawa pulang lagi atau di larung ke
pantai.
GPS coba ku hidupkan. Tidak ada sinyal. Gerimis
mulai membasahi pohon-pohon kelapa. Senja, aku tak bertemu dengannya.
Teks dan foto oleh Dimaz Maulana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
bajak