Selasa, 20 Desember 2011

Mencari Senja di Pantai Klayar


Ku lihat speedometer mobil terus naik ke 80km/jam. Kami menuju ke arah timur menjauh dari kota Jogja. Saat itu sudah bukan pagi lagi melainkan menjelang siang. Terik matahari mulai terlihat seperti cacing keluar dari lubangnya. Jogja masih terlihat basah setelah semalamam diguyur hujan tanpa henti. Kami mampir ke warung makan untuk sarapan. Setelah selesai sarapan, mobil kembali melaju. Pacitan merupakan daerah tujuan kami dan Pantai Klayar tujuan kami.
Jalur yang meliuk-liuk kami sudah memasuki daerah Pacitan. GPS yang dibawa oleh Phyta, coba saya utak-atik. Sinyalnya sering hilang. Tapi saya mengandalkan feeling saja. Yak, belok kanan, mobil kami memasuki jalan berbatu. Jalan ini panjang sekali. Jalanan aspal terlihat sudah rusak dan jarang ada mobil yang lewat. Donoharjo, ketika saya melihat papan di sebuah puskesmas. Menariknya di desa ini, kami menemukan banyak plakat persuasif tentang anjuran buang air besar di WC. Desa yang menarik dengan “ranjau darat” yang tersebar di seuruh penjuru kebun.


Arah kami benar ke arah Pantai Klayar. Jalanan menurun menjadi gerbang pembuka melihat keindahan pantai. Masih terbilang siang ketika kami sampai disini. Mobil kami parkir membelakangi pantai, bagasi dibuka. Sedikit bersantai-santai menunggu cuaca yang asik untuk merapat ke pantai.
Rebahan di atas batu di pinggir pantai. Rileks. Biarkan sisa-sisa ombak menghampiri dan biarkan badanmu basah dengan sendirinya. Waktu masih lama untuk menunggu senja. Sebenarnya saya tertarik untuk menunggu senja di pantai ini. Apakah senja yang saya tunggu seperti apa yang Seno Gumira Ajidarma tuliskan dalam cerpennya? Menunggu senja itu butuh nyali, bukan nyali untuk bertarung tapi nyali untuk menunggu itu sendiri. Ombak di pantai kurang bersahabat untuk sekedar bermain. Tapi berbaring santai di atas batu sudah cukup seru.


Ku lihat rona puas terpancar dari wajah-wajah itu. Lupy sedang asik bermain dengan pacarnya, Dhanie. Handy dengan badan kekarnya mencoba lulur dengan pasir dari pantai. Phyta sesekali bercengkerama dengan Dhanie. Mereka datang dan membawa perasaannya masing-masing. Entah akan dibawa pulang lagi atau di larung ke pantai.

GPS coba ku hidupkan. Tidak ada sinyal. Gerimis mulai membasahi pohon-pohon kelapa. Senja, aku tak bertemu dengannya.

Teks dan foto oleh Dimaz Maulana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bajak