Kamis, 25 November 2010

Ekspektasi: saatnya mulai dan janganlah berhenti!

Ekspektasi: saatnya mulai dan janganlah berhenti!

Menjadi suporter bola sudah saya alami sejak SMA. Menonton ke stadion, bernyanyi, mengumpat, misuh-misuh, menjadi hal-hal yang selalu dilakukan ketika menonton klub kesayangan. Terlalu dini, ngomong soal "militansi" dan "loyalitas tanpa batas" yang sering digembor-gemborkan oleh sejumlah orang-orang disekitar saya.

Akhir-akhir saya mencoba merintis suatu media tentang PSIM, klub kebanggaan saya. Media ini baru online saja, karena sewaktu saya bertanya tentang biaya cetak masih teramat mahal di kantong saya. Saya sempat berbincang-bincang dengan Dimas Widiarto, salah satu peritnis DAB magazine. “Kalau zine online menurut mas gimna?”Tanya saya. “lebih mantep bikin zine dengan dicetak, sebab kalau online gangguan dalam membaca zine cukup banyak”. Memang benar sih, ganguan online seperti Facebook, twitter dsb. Membaca pun jadi tidak fokus. Dimas juga menjelaskan jika cetak bisa dibaca ketika waktu santai.

Beberapa artikel dan foto-foto sudah saya update di blog saya. Baru saja ditelepon oleh Pak Eko, ketua Brajamusti. Beliau meminta menghapus foto-foto peristiwa di Mlati, yang ada di akun FB milik saya. Saya berhasil mendokumentasikan peristiwa tersebut. Saya nyatakan cukup kecewa, memang saya kerap berada di dua jalur yang berseberangan. Misalnya ketika saya membuat beberapa kaos dan jumper PSIM, sebagian orang menganggap saya mencari untung dari nama PSIM. Padahal keinginan saya ingin citra merchandise PSIM menjadi berkualitas. Apapun itu ekspektasi terus berjalan dan menjadi sebuah pembelajaran yang berharga kelak.

Dimpil bersama lagu “ekspektasi nol” dari The upstairs

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bajak