Selasa, 03 Mei 2011

Warnet Nasibmu Kini

Bang Ical, kenapa sih saya kalo ke warnet terlihat hina. Apakah warnet sekarang sudah menjadi tempat yang begitu nista? (celetuk saya kepada Ical di situs jejaring sosial, formspringme)

Warnet sebuah tempat yang begitu asyik sewaktu SD-SMA. Saya menyempatkan untuk online karena akses internet tidak semudah sekarang ini. Kadang harus antri atau menunggu waktu “happy hours”. Setelah saya SMP, warnet begitu menjamur di Jogja.

Mencari gambar-gambar merupakan hal yang menarik, flashdisk belum begitu hype waktu itu. Disket menjadi solusi jitu, saya membawa beberapa buah disket. Kapasitas setiap disket hanya sebesar 1.4 Mb. Tidak seperti sekarang, kapasitas flashdisk terbilang awur-awuran yakni 8 Gb keatas. Kehadiran perangkat hardisk eksternal juga melenyapkan peran disket.

Warnet terutama yang saya lihat di Jogja biasanya dilengkapi dengan bilik-bilik. Ukuran bilik-bilik juga bermacam-macam ada yang bisa tetapi ada yang terlalu tertutup. Bilik-bilik tertutup ini yang sering dicurigai sebagai tempat mesum di berbagai kalangan pengguna warnet. Selain sebagai tempat mesum, beberapa sudut di bilik sengaja dibuat sebuah lubang untuk mengintip apa yang sedang dilakukan oleh user.

Mungkin hal tersebut menjadi salah satu jawaban kenapa warnet dianggap tempat yang nista oleh beberapa orang. Selain kemudahaan dan murahnya akses internet dewasa ini. Murahnya kita dalam membeli modem, mudahnya dalam mencari sinyal wifi yang bisa diakses secara gratis.

Salah satu teman saya, Lufthi, “warnet bakal tetap eksis, cuma tempatnya akan selalu digunakan untuk mesum dan mencari data seperti film”. Sepertinya apa yang dikatakan teman saya ada benarnya. Melihat warnet, orientasi pikiran kita sudah pasti berpikiran, “ah, mesti warnet iki mung nggo mesum”. Beberapa warnet tutup namun tidak sedikit yang mencoba membuka bisnis ini ditengah murahnya akses internet.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bajak