Rabu, 18 Mei 2011

Penghujung Waktu

Hanya bertemu di bawah pohon rindang, di perpustakaan, di bonbin tapi tidak di kelas. Angkatan ’07, sudah tidak mengambil banyak mata kuliah yang seambrek. Paling banter cuma mengambil satu sampai dua mata kuliah yang mengulang dan mata kuliah yang paling “asyik”, skripsi.

Berbeda dengan semester awal sampai semester enam, kondisi kami masih utuh. Kuliah pun masih bersama, mengerjakan tugas bisa bersama-sama, titip absen, tanya tugas menjadi kegiatan pada umumnya yang kita lakukan.

Banyak hal yang telah dilalui bersama, mulai dari si Bayu yang pernah di usir oleh dosen Antropologi ketika kuliah di Gedung Kuliah Umum. Ada juga kisah tentang Agit yang sering terlambat masuk kelas, tetapi dia tidak terlambat lulus. Sangar. Atau sekumpulan teman-teman penghuni perpustakaan yang sudah kenal luar dalam dengan petugasnya sebut saja Rina, Nana dan Reni.

Masih ingat dengan ‘The Menthel’, kata-kata ini terceletuk ketika di bis sewaktu kunjungan ke Candi Sukuh. Mereka adalah Jo, Vhe dan Pepen. Persahabatan yang erat dan kompak, saya juga melihatnya sewaktu Ayahnya Jo sakit. Pepenlah yang memberi informasi kepada teman-teman.

Pikiran saya terlintas seorang lelaki dengan kacamata lengkap dengan tas ransel di belakangnya, Ghifari. Kalau boleh saya nobatkan, dia mahasiswa dengan segudang aktivitas. Kalau saya jabarkan satu-satu sepertinya bisa habis halaman saya.

“Domino Ka Domino” sepertinya itulah mantra buat segerombolan teman-teman seangkatan saya. Kalau A. Fuadi dalam novelnya Negeri 5 Menara menyebutkan “man jadda wa jadda”. “Domino ka Domino” begitu Arif menyebutkan berulang-ulang ketika bermain kartu di malam Minggu. Beberapa teman kami sering menghabiskan malam, Bayu, Wildan, Posan, Gilang, Arif, Bony, Taufik, dan Hanhan. Obrolan kami tidak hanya seputar hal remeh temeh saja, terkadang permasalahan berat diangkat. Wildan-lah sebagai tempat bertanya, saya sering bertanya kepadanya tentang beberapa hal. Tulisannya juga sering dimuat di suratkabar, menjadi pemacu saya untuk tetap menulis meski tidak seberat tulisannya.

Soal percintaan, Faris dan Mita menghiasi perjalanan saya menuju semester tujuh. “piye to Bi” tutur Mita. Yak, Abi sebutan untuk Faris, kalau saya tidak salah dengar.

Kita berada dipenghujung, beberapa teman kami sudah dinyatakan lulus. Selamat ya kawan dan anda memasuki kuliah kehidupan. Kehidupan yang nyata, persiapkanlah diri anda sebisa mungkin.

*) untuk namanya tidak disebutkan jangan marah ya, percayalah kamu tetap sangar. Salam “Domino ka Domino”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bajak