Pagi yang Menjelma
Aku dan pagi
yang selalu bersinergi seperti hubungan matahari dengan waktu pagi. Pagi ini
aku sempat bertanya masihkah aku menjadi pagi mu? Pagi yang menyapa lewat
saluran mutakhir abad ini. Aku datang di depan rumahmu. Mata kita bertatapan
dan raut wajahmu berubah. Ya, aku masih ingat beberapa menit yang lalu aku
sempat menengok pesan singkatmu yang enggan aku balas. Mengapa? Tidak cukup
rasanya kata-kata sejumlah 140 karakter untuk menjelaskan permasalahan. Mata
kita harus bertemu dan mulut harus bicara.
Aku menjelma
menjadi seikat mawar kuning. Entah dari mana asalnya mawar tersebut. Tidaklah penting
yang penting mawar ini sudah berada di pelukanmu bersama dengan pagi mu. Jadi,
apakah pagi mu sudah mulai lengkap? Semoga.
Roda-roda
kita mulai bergerak dan kami menyusuri jalanan kampung. Pancal. Sawah, pepohonan dan teriknya matahari menjadi latar penjelas
suasana kala itu. Sesekali aku mencuri pandangan ke arah mu, senyuman mu
sungguh menawan. Ah, mengapa pagi terlalu cepat? Masihkah esok aku menjadi pagi
yang menjelma menjadi seikat bunga mawar kuning?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
bajak