Yang Muda yang Bersepeda

Padat. Salah satu kata yang mewakili jalanan di kota Jogja. Bagaimana tidak padat, setiap hari kendaraan memadati jalanan-jalanan utama di Jogja. Ruas jalan Malioboro, seputaran Sagan, sampai jalan Affandi terlihat macet ketika jam-jam tertentu. Memang tingkat kemacetan belum separah kota Jakarta, namun ini merupakan salah satu indikasi akan mengalami masalah kemacetan.

Sepeda dengan warna-warna mencolok akhir-akhir ini mulai menghiasi jalanan-jalanan di kota Jogja. Fixie bike lebih popular dengan sebutan fixie, sepeda yang sedang booming di Jogja. Sekilas mirip sepeda balap, namun fixie mengunakan sistem kayuh doltrap. Ketika sepeda di kayuh ke depan akan maju tapi ketika di kayuh mundur akan ikut mundur. Sehingga bisa digunakan untuk menciptakan trick-trick dari sistem gear yang ada pada fixie.

Fixie seperti menumbuhkan semangat “segosegawe” yang menjadi program dari Herry Zudianto, Walikota Jogja. “Segosegawe” adalah singkatan dari Sepeda dingo sekolah lan nyambut gawe, mengoptimalkan sepeda untuk keperluan sekolah dan bekerja sebagai alternatif penggunaan kendaraan bermotor. Selain itu ada gerakan seperti “bike to work” yang didominasi oleh para pekerja juga bertujuan senada.

Tanpa merendahkan komunitas-komunitas yang juga menyebarkan “virus” ayo bersepeda kepada masyrakat. Demam fixie terasa lebih mengena ke masyarakat terutama di kalangan anak muda. Fixie memberikan stimulan kepada anak-anak muda yang tadinya kurang begitu tertarik dengan sepeda menjadi tertarik.

Jogja Last Firday Ride, sebuah acara sepedaan bulanan yang diadakan setiap hari Jumat di akhir bulan yang didominasi anak muda, mengajak semua masyarakat untuk bersepeda malam. Tidak hanya sepeda fixgear tetapi ada pelbagai macam sepeda ada. Setiap jumat malam, Jogja dibanjiri oleh anak muda dengan sepedanya. Semoga demam sepeda yang terjadi dikalangan anak muda akan terus ada. Sebuah hal yang positif yang dipersembahkan oleh anak-anak muda untuk mengurangi bahaya pemanasan global.