Jumat, 10 Februari 2012

Balasan Untuk Kamu di Jakarta


Membongkar kotak ingatan itu menyenangkan (Dimaz Maulana)

Sms ajakanmu menonton Harpot masih saya ingat. Meskipun saya tidak mengikuti cerita Harpot tapi tak masalah jika harus menonton. Jika harus flashback jauh sekali ya? Berbalas testimonial dan saling nge-buzz via YM kegiatan yang sangat saya ingat.

“Kamu ada facebook dim?” tanyamu ketika hampir semua orang eksodus dari Friendster ke Facebook. Friendster mulai sepi ibarat desa semua orang sudah transmigrasi keluar pulau. Beberapa teman saya termasuk kamu sudah jarang nongol. Sesekali saya mengecek akun teman-teman termasuk kamu apakah ada status baru. Saya juga ikut “pindah” dan kembali mengabarimu bahwa saya sudah memiliki akun pada Facebook.

Dalam sebuah obrolan via YM, saya sempat bertanya tentang harga film slide. Kamu masih ingat itu? Film slide di Jogja terbilang langka bahkan tidak ada sehingga info darimu sangat penting. Meskipun pada akhirnya saya tidak jadi memesan film slide karena film yang saya cari tidak ada.

Pernah suatu hari kita ngobrol via Facebook tentang asmara kita masing-masing. Saya bercerita kalau baru saja jadian dengan anak Jakarta yang berkuliah di Jogja. Kemudian saya melempar pertanyaan dan kamu menjawab, sudah jadian dengan seorang fotografer. Sampai suatu hari kita bertemu via chat Facebook, bahwa saya sudah putus dan kamu masih jalan dengannya.

Perkenalan saya dengan pacarmu sore itu membawa obrolan yang tidak garing. Kami berbicara musik dan saya berjanji akan mengantarkannya ke studio milik Endank Soekamti jika dia datang ke Jogja. Sesekali saya mengirim pesan atau mengomentari statusnya sembari menanyakan kapan datang ke Jogja.

Ketika kamu mengabarkan bahwa Om, Tante dan mas Caca akan berkunjung ke Jogja saya sangat gembira. Terlebih jika kamu dapat ikut juga karena ada beberapa tempat yang harus patut kamu kunjungi. Saya juga berharap kamu dan keluarga mau berkunjung kerumah saya. Berkenalan dengan Ibu dan adik-adik saya sembari menikmati suasana rumah saya yang masih banyak sawah. Tidak lupa untuk mencicipi masakan ibu saya yang pastinya akan membuat berkesan dan juga rindu untuk kembali datang.

*saya malu ke Jakarta jika skripsi saya belum selesai

3 komentar:

  1. sebetulnya ini balasan biasa saja, tapi kata-kata yang kamu pilih membuat suasana semakin vintage untuk flashback. Senang mengenalmu, dab! :')

    BalasHapus
  2. sebenarnya say ingin memainkan diksi dengan ungkapan Hiberpola. Tapi yang keluar hanya rentetan paragraf dengan deskripsi sederhana. Mencoba menelanjangi dengan apa adanya.

    BalasHapus
  3. ini juga romantis >< gyaaaaah mau deh hahaha

    BalasHapus

bajak